Kamis, 07 April 2011

MENENTUKAN SWELL FACTOR”


MENENTUKAN SWELL FACTOR
1.      Pengertian swell factor/factor pengembangan
Material di alam diketemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau ruangan-ruangan yang terisi udara (voids) diantara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali. Akan tetapi bila material tersebut digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi pengembangan atau pemuaian volume (swell).
Jadi 1,00 cu yd tanah liat dialam bila telah digali dapat memiliki volume kira-kira 1,25 cu yd. ini berarti terjadi penambahan volume sebesar 25% dan dikatakan material tersebut mempunyai faktor pengembangan (swell factor) sebesar 0,80 atau 80%. Sebaliknya bila bank yard ini dipindahkan lalu dipadatkan ditempat lain dengan alat gilas (roller) mungkin volumenya berkurang, karena betul-betul padat sehingga menjadi berkurang dari 1,00 cu yd. tanah sesudah dipadatkan hanya memiliki volume 0,90 cu yd, ini berarti susut 10%, dan dikatakan shrinkage factor nya 10 %.
Tanah maupun massa batuan yang ada di alam ini telah dalam kondisi terkonsolidasi
dengan baik, artinya bagian-bagian yang kosong atau ruangan yang terisi udara
diantara butirannya sangat sedikit; namun demikian jika material tersebut digali dari
tempat aslinya, maka terjadilah pengembangan atau pemuaian volume. Tanah asli
yang di alam volumenya 1 m3, jika digali volumenya bisa menjadi 1,25%, ini terjadi
karena tanah yang digali mengalami pengembangan dan pemuaian dari volume
semula akibat ruang antar butiranya yang membesar.
Faktor pengembangan dan pemuaian volume material perlu diketahui, sebab pada
waktu penggalian material volume yang diperhitungkan adalah volume dalam
kondisi Bank Yard, yaitu volume aslinya seperti di alam. Akan tetapi pada waktu
perhitungan penangkutan material, volume yang dipakai adalah volume material
setelah digali, jadi material telah mengembang sehingga volumenya bertambah besar.
Kemampuan alat angkut maksimal biasanya dihitung dari kemampuan alat itu
mengangkut material pada kapasitas munjung, jadi bila kapasitas munjung dikalikan
dengan faktor pengembangan material yang diangkut, akan diperoleh Bank Yard
Capacity-nya. Tetapi sebaliknya, bila Bank Yard itu dipindahkan lalu dipadatkan di
tempat lain dengan alat pemadat mekanis, maka volume material tersebut menjadi
berkurang. Hal ini disebabkan karena material menjadi benar-benar padat, jika 1 m3
tanah dalam kondisi Bank Yard dipadatkan, maka volumenya menjadi sekitar 0,9 m3,
tanah mengalami penyusutan sekitar 10%.Beberapa angka pemuaian dan penyusutan
jenis material galian disajikan pada.
Contoh :
Sebuah power scraper yang memiliki kapasitas munjung 15 cu yd akan mengangkut tanah liat basah dengan factor pengembangan 80%, maka alat itu sebenarnya hanya mengangkut 80% x 15 cu yd = 12 cu pay yard atau bank cu yd atau insitu cu yd.
Beberapa persamaan faktor -faktor diatas :

V loose

Percent Swell =
( ———————-  – 1)
x 100%

V undisturbed



V undisturbed

Swell Factor =
( ———————- )
x 100%

V loose




V compacted
Shrinkage Factor =
( 1 –
———————– ) x 100%







V undisturbed






2.      Faktor yang mempengaruhi SF.
Factor-faktor yang mempengaruhi dalam pekejaan SF salah satunya adalah pengembangan material yang akan mempengaruhi perubahan berupa penambahan atau pengurangan volume material(tanah) yang digangu dari bentuk aslinya. Dari factor tersebut bentuk material di bagi dalam tiga keadaan seperti pada gambar berikut;
v  Keadaan asli(Bank condition).
Keadaan material yang masih alami  dan belum mengalami ganguan teknologi di sebut keadaan asli(bank). Dalam keadaan seperti ini butiran-butiran yang dikadungnya masih terkonsolidasi dengan baik. Ukuran tanah demikian  biasanya dinyatakan alam atau bank measure= Bank Cubic Meter(BCM) yang di gunakan sebagai dasar perhitungan jumlah pemindahan tanah.
v  Keadaan gembur  (loose condition)
Yaitu keadaan material(tanah) setelah diadakan pekerjaan (disturb), tanah demikian misalnya terdapat di depan lozer blade, di atas truck di daam bucket dan sebagainya. Berat material (Weight of Material) Berat material yang akan diangkut oleh alat-alat angkut dapat mempengaruhi :
-          Kecepatan kendaraan dengan HP mesin yang dimilikinya.
-          Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.
-          Membatasi volume material yang dapat diangkut.Oleh sebab itu berat jenis material harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap kapasitas alat muat maupun alat angkut.

Bobot Isi dan Faktor Pengembangan dari Berbagai Material.
Macam Material
Bobot Isi (Density)
Swell Factor
lb/cu yd insitu
(in bank correction factor)
1. Bauksit
2.700 – 4.325
0,075
2. Tanah liat, kering
2.300
0,85
3. Tanah liat, basah
2.800 – 3.000
0,82 – 0,80
4. Antrasit (anthracite)
2.200
0,74
5. Batubara bituminous (bituminous coal)
1.900
0,74
6. Bijih tembaga (cooper ore)
3.800
0,74
7. Tanah biasa, kering
2.800
0,85
8. Tanah biasa, basah
3.370
0,85
9. Tanah biasa bercampur pasir dan kerikil (gravel)
3.100
0,90
10. Kerikil kering
3.250
0,89
11. Kerikil basah
3.600
0,88
12. Granit, pecah-pecah
4.500
0,67 – 0,56
13. Hematit, pecah-pecah
6.500 – 8.700
0,45
14. Bijih besi (iron ore), pecah-pecah
3.600 – 5.500
0,45
15. Batu kapur, pecah-pecah
2.500 – 4.200
0,60 – 0,57
16. Lumpur
2.160 – 2.970
0,83
17. Lumpur sudah ditekan (packed)
2.970 – 3.510
0,83
18. Pasir, kering
2.200 – 3.250
0,89
19. Pasir, basah
3.300 – 3.600
0,88
20. Serpih (shale)
3.000
0,75
21. Batu sabak (slate)
4.590 – 4.860
0,77

Description
Masalah stabilitas karena daya dukung tanah yang rendah seringkali pada tanah dasar timbul apabila perkerasan jalan atau jalan tanpa perkerasan (jalan tanah) didirikan diatas tanah lempung dengan sifat kembang-susut yang tinggi atau tanah lempung ekspansif Umumnya, tanah jenis ini memiliki kekuatan memikul beban yang rendah, terutama apabila tanah tersebut mengembang. Pada pekerjaan stabilisasi tanah dimana bahan kimia digunakan sebagai bahan stabilisasi, kekuatan tanah setelah mengembang ini seharusnya dijadikan dasar utama untuk penentuan jenis dan/atau kadar bahan stabilisasi. Cara ini sama sekali berlainan dengan kebiasaan stabilisasi selama ini yang hanya menggunakan hargaplastisitas tanah sebagai faktor penentu jenis dan kadar bahan stabilisasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara pengembangan, kepadatan tanah setelah mengembang, dan kokoh tekan pada tanah dengan sifat kembang-susut yang tinggi yang dipadatkan dan distabilisasi dengan kapur. Tanah asli dengan PI sekitar 60% dicampur dengan 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15% kapur. Limabendauji dari masing-masing-masing campuran dipadatkan dan kemudian direndam pada alat odometer. Serangkaian beban surcharge, 0.00, 0.12S, 0.2S, 0.50, dan 1.00 kg/cm2, dipasang diatas benda uji tersebut Selanjutnya setelah jenuh air, pengembangan, kepadatan, dan kokoh tekan benda uji dapat ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kepadatan tanah setelah mengembang dengan harga logaritmik kokoh tekatmya adalah linier. Hubungan tersebut bervariasi sesuai dengan kenaikan kadar kapur. Setelah terjadi pengembangan, kokoh tekan benda uji yang dipadatkan pada kadar air optimum dan sisi basah kadar air optimum adalah kurang lebih sama Kokoh tekan yang lebih rendah terjadi pada benda uji yang dipadatkan pada kadar air sisi kering. Kondisi basah-kering yang berulang-ulang akan semakin menurunkan kepadatan dan juga kokoh tekan tanah. Berdasarkan kekuatan tanah setelah mengembang bebas, apabila tanah dengan harga PI sekitar 60% digunakan sebagai jalan tanah yang dilewati kendaraan sejenis truck berat dengan muatan berlebih, kadar kapur yang diperlukan adalah minimal 12%.


3.      Sebagai surveyor, anda di minta untuk menentukan nilai SF pada material tambang suatu lokasi;
a.       Data yang harus dibutuhkan.
1.      Azimuth.
2.      Jarak.
3.      Sudut.
4.      volume
b.      Alat yang di gunakan untuk menentukan besaran swell factor.
1.      Total station.
2.      Statif/reflector.
3.      Prisma.
4.      Tongkat prisma.
5.      Kompas.
6.      Gps.
c.       Prosedur suvey lapangannya.
v  Tujuanny.
Untuk menghimpun data secara aktual dan detail , sehingga dapat membantu pada penyusunan rencana kerja, anggaran biaya , dan pelaksanaan pekerjaan menjadi lebih baik. Kurangnya data yang dikumpulkan memperbesar resiko yang tidak dapat diduga. Survey ini menjadi sangat penting terutama pada daerah- daerah yang belum terbuka bagi proyek konstruksi.
v  Hal-hal yang harus dilakukan dalam survey lapangan;
Ø Keadaaan Lapangan misalnya;vegetasi, keadaaan tanah, curah hujan, topografi,
volume    dan luas area pekerjaan.
Ø Tenaga Kerja
kualitas tenaga kerja setempat, kemampuan perusahaan, kemampuan logistic.
Ø Transportasi dan akomodasi
Kemapuan jalan untuk mobilisasi ; yang terkait dengan kelas jalan ,  lokasi, komunikasi, kondisi lingkungan temapt pekerjaan dilakukan.

vPerencanaan.
Faktor- faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan :
Ø Keaadaan Medan
Ø Kondisi tanah
Ø Pengaruh Keadaaan lingkungan
Ø Spesifikasi Pekerjaan
Ø Volume pekerjaan yang disyaratkan
Ø Minimalisasi Biaya Operasional alat
Ø Umur pemakaian alat
Ø UU perburuhan dan keselamatan kerja
Ø Peraturan , Perizinan berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan
vPelaksanaan Pekerjaan.
Faktor- faktor yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan;
a. Penentuan Starting Point / titik awal pekerjaan
b. Analisa terhadap lokasi dari peta topografi , untuk memudahkan pengaturan pada pengoperasian alat-alat berat
c. Pengaturan tahapan area yang akan dikerjakan, dimana dilakukan secara simultan , agar alat-alat berat dapat digunakan secara efektif dan efisien
d. Pengaturan dan pembuatan jalan akses bagi lalu lintas alat berat
e. Pengamanan lokasi
f. Pengawasan dan Pengendalian pelaksanaan pekerjaan , yang merupakan kontrol
manajemen.
d.      Rumus untuk menentukan swell factor.
Material di alam (insitu) ditemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik, tetapi bila digali atau diberai akan terjadi pengembangan volume.  Perbandingan antara volume alami (insitu) dengan volume berai (loose volume) dikenal dengan istilah faktor pengembangan / faktor pemuaian /faktor pemekaran (swell factor). Dalam Bentuk rumus dapat dinyatakan sebagai berikut ;


Faktor pengembangan (swell factor = SF) =[V insitu/V loose]*100%
Persen pengembangan (percent swell = PS) =((V loose-V insitu)/V insitu)*100%.
Kalau angka untuk shrinkage factor tidak ada biasanya dianggap sama dengan percent swell. Beberapa istilah penting yang berkaitan dengan kemampuan penggalian yaitu :
  1. Faktor Bilah (blade factor), yaitu perbandingan antara volume material yang mampu ditampung oleh bilah terhadap kemampuan tampung bilah secara teoritis.
  2. Faktor Mangkuk (bucket factor), yaitu perbandingan antara volume material yang dapat ditampung oleh mangkuk terhadap kemampuan tampung mangkuk secara teoritis.
  3. Faktor Muatan (payload factor), yaitu perbandingan antara volume material yang dapat ditampung oleh bak alat angkut terhadap kemampuan bak alat angkut menurut spesialisasi teknisnya.

1 komentar: